Warning: Undefined array key "HTTP_REFERER" in /home/azktbwaa/public_html/wp-content/themes/colormag/colormag.theme#archive on line 43

Mengevaluasi Sikap Keberagamaan Kita

Jakarta

Seringkali kita terlalu subyektif bahkan egois mengkur kadar keberagamaan diri sendiri. Kita sering menilai kelemahan orang lain di dalam beragama dengan kriteria subyektif. Misalnya, ada orang menilai rekannya terlalu keras di dalam beragama, sebaliknya ia juga sering dinilai terlalu longgar beragama. Yang pertama mungkin bisa dikategorikan sebagai religiousness, sedangkan yang kedua religious minded.

Pola religiousness ketika seseorang merasa dirangkul oleh agamanya. Keseluruhan pandangan hidup dan prilakunya didominasi oleh ajaran farmal agama. Seolah-olah ruang, waktu, dan dirinya merupakan satu kesatuan kental dengan ajaran agama. Sementara di nun jauh di sana (transcendent) ada Tuhan beserta para malaikat mengawasi seluruh perbuatan da nisi hatinya dengan ketat. Ruang dan jendela untuk mengintip dunia nyata sangat terbatas karena dikelilingi dan dipenuhi oleh spektrum ajaran agama. Di sekitarnya seolah dekelilingi daerah terlarang sehingga dinamika dan kebebasan berekspresi menjadi kaku karena terlalu banyak rambu-rambu yang berdiri tegak. Kreatifitas dan inisiatifnya sebagai khalifah ditenggelamkan oleh kapasitas dirinya sebagai abid (hamba).

Pola religious minded ketika seseorang merasa merangkul agamanya. Agama bagaikan berada di dalam genggaman. Ke manapun ia pergi selalu bersamanya, namun ia tidak merangkul dirinya melainkan dirinya yang menggenggam agama itu. Dampaknya, orang akan merasa lebih merdeka dan memiliki hamparan luas dan longgar untuk berekspresi dan berkreasi. Rambu-rambu pembatas itu tidak berdiri tegak di luar dirinya tetapi melekat di dalam dirinya, sehingga pandangannya luas tanpa terpantul oleh papan-papan perboden keagamaan. Hidup dan kehidupannya lebih dinamis karena merasa diberikan kebebasan penuh dari ajaran agamanya sendiri. Pada prinsipnya segala sesuatu bole selain yang secara khusus dilarang. Jumlah larangan itu amat sedikit. Ia merasa lebih merdeka sebagai khalifah karena sikap perhambaan dirinya kepada Tuhan tidak menghalanginya untuk berkreasi dan berinisiatif.

@import url(“https://cdnstatic.detik.com/live/_rmbassets/2022/parallax/parallax.css”);

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

function paraA(e) {
var p = $(e);
$(e + ” .para_fix”).width(p.width());
}
$(“.paraA iframe”).on(“load”, paraA(“.paraA”));

Sumber: DetikNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *