Riset Ungkap Perubahan Iklim Hambat Perekonomian Dunia
Foto udara luapan banjir yang menggenangi di pemukiman di Ostrava, Republik Ceko, Senin (16/9/2024).
REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN — Dampak perubahan iklim semakin nyata menghantam sektor ekonomi global. Gelombang panas ekstrem yang melanda Eropa diperkirakan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi benua itu hingga 0,5 persen pada 2025, menurut laporan terbaru Allianz Research yang dirilis Rabu (2/7/2025).
Laporan ini menyoroti peningkatan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem seperti gelombang panas, banjir, dan kekeringan yang mengganggu produktivitas dan output ekonomi. Allianz bahkan menyamakan satu hari dengan suhu di atas 32 derajat Celsius setara dengan setengah hari pemogokan kerja dalam hal dampak terhadap perekonomian.
Efeknya bervariasi antarnegara. Jerman, dengan iklim sedang, diperkirakan mengalami kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 0,1 persen. Namun Spanyol yang lebih panas bisa kehilangan hingga 1,4 persen PDB. Negara-negara dengan suhu tinggi jelas lebih rentan terhadap tekanan ekonomi akibat gelombang panas.
Secara global, cuaca ekstrem tahun ini diproyeksikan memangkas PDB dunia sebesar 0,6 persen. Negara-negara seperti Cina, Spanyol, Italia, dan Yunani berpotensi kehilangan hampir 1 persen dari total PDB mereka.
Di Amerika Serikat, dampak serupa bisa mencapai 0,6 persen, sementara Prancis diperkirakan kehilangan sepertiga persen PDB.
Suhu ekstrem juga terbukti mengurangi produktivitas tenaga kerja. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan tekanan panas akan mengurangi total jam kerja global sebesar 2,2 persen pada 2030 jika tidak ada adaptasi memadai.
Allianz menegaskan bahwa kerugian produktivitas ini masih bisa ditekan melalui langkah-langkah struktural. Di antaranya dengan memperkuat kesiapsiagaan kota dan tempat kerja menghadapi cuaca ekstrem yang kini semakin sulit diprediksi.
sumber : Reuters
Sumber: Republika