Heboh 3I/ATLAS, Begini Soal ‘Alien’ Menurut Sains dan Tafsir Ulama
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Melintasnya benda interstellar 3I/ATLAS menghebohkan jagat astronomi dunia. Benda langit yang serupa komet namun tak sesuai dengan ciri-ciri awamnya itu memantik juga teori bahwa ia adalah wahana dari planet lain dari luar Tata Surya.
Sejauh ini, setelah 3I/Atlas melewati titik terdekatnya ke Matahari, benda itu akan berbalik arah meninggalkan kembali Tata Surya. Ilmuwan masih mereka-reka apa sebenarnya benda yang panjangnya mencapai puluhan meter tersebut.
Sebagian ilmuwan, seperti profesor Harvard, Avi Loeb, membuka kemungkinan bahwa 3I/ATLAS adalah wahana pemantau yang dikirimkan peradaban di planet lain. Nah, bagaimana sebenarnya Islam memandang kemungkinan adanya peradaban atau makhluk hidup di luar bumi tersebut?
Harus dipahami lebih dulu, kehidupan di luar Bumi dalam benak astronom tak mesti seperti di film-film Hollywood. Ia bukan makhluk mengerikan seperti yang digambarkan di film-film telah mengunjungi Bumi.
Belakangan, teori soal kehidupan di planet lain ini didorong dengan begitu banyaknya planet di luar Tata Surya alias exoplanet yang terpindai berbagai teleskop canggih seperti Hubble dan James Webb.
Sejauh ini, jumlah resmi exoplanet yang dilacak oleh NASA dan lembaga antariksa di berbagai penjuru dunia telah mencapai 6.000. Ada lebih dari 8.000 kandidat planet tambahan yang menunggu konfirmasi.
Dari jumlah itu, sekitar 60 exoplanet diperkirakan menyerupai kondisi bumi dan bisa ditinggali makhluk hidup. Merujuk space.com, agar sebuah planet dianggap berpotensi ramah kehidupan, ia harus berukuran relatif kecil dan berbatu, serta harus mengorbit di dalam zona layak huni atau zona “Goldilocks” dari bintangnya.
Zona ini secara longgar didefinisikan sebagai wilayah di mana air dapat berada dalam bentuk cair di permukaan planet. Seiring kemajuan teknologi teleskop, faktor-faktor tambahan seperti komposisi atmosfer planet dan tingkat aktivitas bintang induknya juga diperhitungkan.
Di antara exoplanet yang disebut paling berpotensi ditinggali makhluk hidup adalah Gliese 667Cc (22 tahun cahaya dari Bumi), Kepler-22b (600 tahun cahaya dari Bumi), Kepler-69c (2.700 tahun cahaya), Kepler-62f (1.200 tahun cahaya), Bintang induk Kepler-186f (500 tahun cahaya dari Bumi), Kepler-442b (1.194 tahun cahaya dari Bumi), serta Kepler-452b yang berada 1.400 tahun cahaya dari Bumi.
Selain itu, ada tiga exoplanet yang sangat mendekati kondisi Bumi. Salah satunya Kepler-1649c yang terletak 300 tahun cahaya dari Bumi dan hanya 1,06 kali lebih besar darinya. Saat membandingkan cahaya yang diterima kedua planet dari bintangnya, para ilmuwan menemukan bahwa planet ekstrasurya ini menerima 75 persen setara cahaya yang diterima Bumi dari Matahari.
Sedangkan Proxima Centauri b terletak hanya empat tahun cahaya dari Bumi, menjadikannya planet ekstrasurya terdekat dengan Bumi, menurut NASA. Planet ekstrasurya yang ditemukan pada tahun 2016 ini memiliki massa 1,27 kali massa Bumi.
Meskipun planet ekstrasurya ini dapat ditemukan di zona layak huni bintangnya, Proxima Centauri, namun ia terkena radiasi ultraviolet yang ekstrim. Pasalnya, letaknya sangat dekat dengan bintang induknya dan memiliki periode orbit hanya 11,2 hari.
Kemudian ada TRAPPIST-1, planet seukuran Bumi yang pernah ditemukan di zona layak huni sebuah bintang tunggal. Sistem ini terdiri dari tujuh planet.
Air di sebagian besar planet ini kemungkinan besar telah menguap pada awal pembentukan sistem. Namun, sebuah studi pada tahun 2018 menemukan bahwa beberapa planet ini dapat menampung lebih banyak air daripada lautan di Bumi. Salah satu dunia, yang disebut TRAPPIST-1e, dianggap paling mungkin mendukung kehidupan seperti yang kita kenal.
Loading…
Sumber: Republika
