BMKG Terapkan Sistem Peringatan Dini Berbasis Dampak Mulai 2026
Petugas mengoperasikan alat berat untuk membersihkan material lumpur pascabencana di halaman rumah warga di Desa Rumah Bundar, Ketambe, Aceh Tenggara, Aceh, Ahad (21/12/2025). Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I mengerahkan 21 unit alat berat untuk memulihkan kondisi sungai, tanggul, dan layanan dasar masyarakat pascabencana hidrometeorologi yang melanda sejumlah kabupaten/kota di Aceh.
REPUBLIKA.CO.ID,Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengembangkan sistem peringatan dini berbasis dampak atau impact-based forecasting yang mulai diterapkan pada 2026 untuk meningkatkan ketepatan mitigasi bencana hidrometeorologi. Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani, dalam konferensi pers bertajuk Climate Outlook 2026 di Jakarta, Selasa (23/12/2025), mengatakan pengembangan tersebut merupakan pembelajaran dari berbagai kejadian bencana hidrometeorologi dalam beberapa tahun terakhir.
BMKG menilai sistem ini tidak hanya menyampaikan informasi prakiraan cuaca, tetapi juga memproyeksikan potensi dampak yang dapat ditimbulkan di wilayah terdampak.
“Ketika BMKG menyampaikan hujan akan terjadi di suatu daerah, baik dengan intensitas sedang, lebat, maupun sangat lebat, informasi itu akan dianalisis lebih lanjut untuk melihat potensi dampaknya,” kata Teuku Faisal.
BMKG, lanjut dia, bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Pekerjaan Umum (PU), serta Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam pengembangan sistem tersebut.
Analisis dampak dilakukan dengan menggabungkan prakiraan cuaca BMKG dengan peta kerentanan wilayah, sehingga potensi bencana seperti banjir dan tanah longsor dapat diidentifikasi secara lebih spesifik.
Teuku Faisal menjelaskan BMKG saat ini telah memiliki kemampuan prakiraan cuaca dengan tingkat akurasi tinggi untuk rentang waktu tiga hingga tujuh hari ke depan.
“Tantangan kami sekarang adalah menyiapkan peta kerentanan wilayah secara lebih detail agar informasi dampak bisa disampaikan secara tepat,” ujarnya.
Dengan sistem tersebut, lanjutnya, BMKG menargetkan peringatan dini pada 2026 tidak lagi bersifat umum, melainkan disertai informasi lokasi-lokasi yang berpotensi terdampak bencana, sehingga mendukung langkah mitigasi yang lebih cepat dan terarah.
Loading…
sumber : ANTARA
Sumber: Republika
